Minggu, 03 Juli 2016

GANGGUAN BICARA PADA ANAK AUTIS






Duhai buah hati…
Permata cinta yang tak dapat  dijelaskan kilaunya
Kaulah alasan segala lelah dan payah 
Kaulah yang mampu memecah susah

Kehadiran anak ditengah keluarga adalah kesempurnaan, menjadi penting karena akan disebut keluarga jika terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Setiap elemen keluarga memiliki perannya masing-masing, baik itu orang tua maupun anak. Peran orang tua adalah sebagai sekolah pertama sang anak selain juga berkewajiban memperhatikan tumbuh kembangnya. Pertama kali yang dikenal anak adalah orang tua, interaksi pertama adalah orang tua, guru pertama adalah orang tua. 

Pelajaran dari orang tua kepada anak salah satunya adalah belajar berbicara. Membantu sang buah hati menirukan atau mencontohkan sebuah kata untuk ditirukan. Belajar berbicara merupakan tugas perkembangan dari anak. Lalu bagaimana jika ada seorang anak yang belum mampu berbicara? Pertanyaan ini menjadi sangat booming pada masa ini. Para orang tua yang haus ilmu menjadi khawatir dengan keadaan anaknya yang belum bias berbicara, sementara anak-anak lain yang sepantaran sudah mampu berbicara. 

Bagaimana penjelasan selanjutnya?

Untuk menjawab pertanyaan di atas perlu diperhatikan dari berbagai segi keilmuan. Salah satunya adalah mengenai keterlambatan perkembangan berbicara pada anak. Pembahasan ini mungkin terjadi pada bidang psikologi perkembangan, juga bias jadi pada bidang pendidikan anak. Dari berbagai statemen yang muncul mengenai masalah keterlambatan bicara pada anak, tidak ada satupun yang mampu memberikan diagnosa secara jelas, pada akhirnya hanya ada beberapa kesimpulan dan statemen yang membuat para orang tua bingung dengan keadaan sang buah hatinya.

Secara psikologis, ketika anak memasuki usia di mana mereka seharusnya mulai mengucapkan beberapa kata, misalnya ayah, ibu, dan seterusnya, anak ini tidak mampu melakukannya kemungkinan mengalami gangguan autism. Di samping itu, ia mengalami keterlambatan dalam beberapa perkembangan kemampuan yang lainnya. Biasanya anak dengan kondisi ini sudah mengalami keterlambatan bicara sejak usia 3 tahun ketikan dia dikonsultasikan ke dokter oleh orang tuanya. Kemudian pada usia 5 tahun sang dokter mendiagnosa menginap gangguan autism berdasarkan beberapa gejala yang timbul.

Autism masih menjadi rahasia yang belum terpecahkan dunia kedokteran, karena sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Beberapa pakar sepakatbahwa sindrom autism terjadi kelainan pada otak. Selain itu pengaruh genetic sang anak pun juga bias menyumbangkan kemungkinan anak menginap sindrom autism. Pada umumnya terjadinya kelainan perkemangan manusia tidak jauh dari pola hidup manusia itu sendiri. 

Sampai saat ini, masih banyak yang mempertanyakan apakah autis bias disembuhkan? Ini menjadi pertentangan dalam dunia kedokteran dan psikologi. Alangkah baik jika para orang tua yang memiliki anak dengan keadaan demikian memberikan pendidikan yang sesuai. Langkah kecil yang bias dilakukan adalah memberikan terapi pada anak. Dengan terapi keadaan anak perlahan akan berubah dan sedikit lebih baik. Jika anak mengalami keterlambatan bicara maka seyogyanya para orang tua memberikan terapi wicara pada anak.

Peran terapis wicara menjadi sangat penting dalam hal ini, dan juga kesadaran para orang tua untuk membawa anaknya terus berkembanga memenuhi tugas perkembangannya. Jika sudah ditangani oleh sang terapis anak akan dilatih untuk lancer berbicara, pembentukan suara, dan ucapan, serta melatih otot-otot pernapasan, otot-otot untuk menelan, serta otot sekitar mulut.

Oleh karenanya perlu hubungan yang sinergis antara orang tua dengan terapis, agar dapat memotivasi sang anak untuk terus berkembang menuju perubahan yang lebih baik. Sembuh belum tentu seratus persen, tetapi lebih baik mengusahakan menjadi lebih baik untuk sang buah hati tercinta.

Sumber:
Julia Maria Van Tiel. Pendidikan Anakku Terlambat Bicara. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
E.kosasih. cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama Widya, 2012.
Mirza Maulana. Anak Autis: Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas Dan Sehat. Jogjakarta: Katahati, 2008.
Load disqus comments

0 komentar

follow me